Search This Blog

Saturday, February 18, 2012

Merubah Kemarahan Menjadi Cinta

Perlahan tapi pasti, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan 10.000 pasukannya mulai mendekati pintu kota Makkah. Beliau pun membelitkan sorbannya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam hingga hampir menyentuh punggung kendaraannya, bersyukur memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, melihat kemuliaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya. Dahulu beliau keluar dari Makkah dalam keadaan terusir, dihinakan. Kini beliau kembali ke kampung halaman, dalam keadaan mulia dan dimuliakan. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad. Kemudian Beliau berkata ,”Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Siapa yang mengunci rumahnya, dia aman. Dan siapa yang masuk ke dalam Masjid (Al-Haram) dia aman.”
Masih segar dalam ingatan kaum muslimin bagaimana kaum kafir Quraisy bertindak. Sangat kejam terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Masih sangat lekat dalam benak Rasulullah dan para shahabat bagaimana Hindun memerintahkah Wahsyi untuk membunuh Hamzah, paman Rasulullah yang sangat beliau cintai. Tapi yang beliau lakukan justeru mengatakan, “Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman “.

Padahal semua orang tahu bahwa salah satu yang ada di dalam rumah Abu Sufyan adalah Hindun, istri Abu Sufyan. Dengan kata lain, kalaulah seorang Hindun yang telah membunuh pamannya Rasulullah dimaafkan oleh Beliau, apalagi kaum kafir Quraisy lain yang tidak memiliki hutang jiwa secara langsung kepada Beliau. Bahkan Beliau tetap memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada mereka untuk tetap menjadi kafir atau menjadi Muslim. Lihatlah setelah orang-orang kafir Quraisy itu di kumpulkan oleh Beliau, Ia bersabda, "Kalian bebas merdeka di muka bumi ini, tidak ada kedengkian dan hasud di antara kita."

Subhanallah, sungguh Beliau seorang pemimpin yang sempurna. Di saat beliau memiliki kekuasaan dan kekuatan penuh untuk membalas segala macam perilaku keji yang pernah di alami beliau dan para shahabat, justeru beliau mampu mengendalikan amarahnya bahkan sampai kepada memaafkan orang-orang yang pernah berlaku sangat dzolim kepada diri Beliau dan para pengikutnya.

 
Kemampuan Mengkonversi Rasa Marah Kepada Cinta

Dan lihatlah pula ketika Hindun berbai’ah kepada Rasulullah Muhammad serta mengucapkan kalimat, ”Wahai Rasulullah! Dulu tidak ada manusia di muka bumi ini yang paling kubenci melainkan dirimu tetapi hari ini tidak ada orang di muka bumi ini yang paling kukasihi melainkan dirimu ”. Baginda shallallahu alaihi wasallam lantas bersabda, “Ya, demikian juga aku. Demi Tuhan yang nyawaku berada ditanganNya.” (Lihat Sahih Bukhari jilid 1 hal. 539). Sungguh luar biasa, balasan ungkapan cinta itu diiringi pula dengan sumpah atas nama Allah. Dan dalam beberapa hari saja setelah futuh Makkah terdapat 2000 orang Quraisy yang masuk ke dalam Islam.

 
Kalau Kita Marah...... 
Apa yang Terjadi dengan Tubuh Kita ?
Hasil riset hari ini mengatakan, ketika kita marah maka tekanan emosional itu menyebabkan terjadinya pelepasan hormon kortisol di dalam tubuh. Pelepasan kortisol dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan ledakan energi yang cepat. Namun peningkatan energi dalam waktu berkepanjangan itu justeru membawa kepada beberapa dampak negatif bagi tubuh. Adapun beberapa efek langsung yang terjadi pada tubuh antara lain : Gula darah yang tidak seimbang, kepadatan tulang yang berkurang, melemahkan respon sistem kekebalan tubuh, menyebabkan tubuh rentan terhadap radang yang kronis sehingga menekan fungsi tiroid, memperlambat metabolisme tubuh, mengganggu kemampuan berpikir otak dan meningkatkan tekanan darah. Menurut Christina Boerma, fisiologi kemarahan adalah sebuah efek yang harus kita sadari bersama. Kita tidak mampu untuk mencegah efek kemarahan pada tubuh. Kemarahan dapat meningkatkan denyut jantung kita sampai 180 kali per menit. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah mulai dari 120/80 naik sampai 220/130 atau bahkan mungkin lebih tinggi lagi dari itu.

Napas kita menjadi lebih cepat ketika kita mencoba untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh kita. Tubuh dan otot-otot kita menjadi tegang. Ketika kita menjadi stres, tubuh kita melepaskan zat kimia untuk pembekuan darah, menciptakan situasi yang berpotensi berbahaya: bekuan dapat berjalan melalui pembuluh darah otak atau jantung, yang mengakibatkan stroke atau serangan jantung. Kemarahan juga menghambat sirkulasi oksigen. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri dada yang parah. Kemarahan tak terkendali dapat memicu ledakan arteri otak yang berakibat pada stroke. Tegangnya otot leher dan kepala dapat menyebabkan sakit kepala, migran atau bahkanin insomnia. Kemarahan juga dapat memblokir energi dan menghambat metabolisme tubuh. Kemarahan merangsang pelepasan asam di dalam perut menyebabkan refluks asam dan tukak lambung. Kemarahan juga bisa merusak fungsi paru-paru.

 
Apa yang Terjadi dengan Otak Kita ?

Kemarahan bersumber dari bagian otak yang di sebut Amigdala. Amigdala atau otak reptil (disebut dengan otak reptil karena ini merupakan bagian otak yang terdapat pada ular, buaya atau reptil lainnya yang terdapat pada otak manusia). Sikap sabar, diam dapat memulihkan stres atau kemarahan lebih cepat karena bagian korteks prefrontal akan bekerja untuk menenangkan amigdala. Dari hasil penelitian di Hotchkiss Institute Calgary, kemarahan dan stres yang berkepanjangan juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak bahkan sampai tingkatan sel. Dimana kemarahan dan stres dapat menghambat pertumbuhan neuron baru di dalam otak yang berujung pada kematian saraf atau depresi. Juga dapat menyebabkan gangguan ingatan dan kemampuan belajar.

Belajar dari Manusia dengan Manajemen Marah Terhebat Sepanjang Sejarah Kehidupan Manusia

“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Qs. asy Syura: 40)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam: berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda, “Jangan menjadi seorang pemarah!” Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda, “Janganlah menjadi orang pemarah.” (HR. Bukhari)

Adalah suatu hal yang sulit untuk membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan yang sama. Balutan emosi dan kemarahan bahkan lebih banyak menjebak manusia yang ingin membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama justeru menjadi lebih dzalim dari pelaku kejahatan. Makanya Allah mendorong hambanya untuk menjadi pemaaf atas sebuah kejahatan yang menimpa dirinya. Karena itu Allah telah mempersiapkan ganjaran terbaik di sisi-Nya, untuk mereka-mereka yang pemaaf. Bukan hanya mengkonversi sebuah kemarahan menjadi perasaan memaafkan  bahkan berbuat baik kepada pelaku kejatahan.

Terlalu banyak bukti mengagumkan yang hadir dalam diri Rasulullah Muhammad dalam memenej kemarahan. Peristiwa Futuh Makkah, Haditsul Ifki, Peristiwa  Thaif dan masih banyak sederetan kejadian lain yang tidak hanya merubah sebuah kemarahan menjadi rasa maaf, bahkan menghadirkan rasa cinta di dalam hatinya.

 
Resep Rasulullah tentang Kemarahan

1.Membaca Ta’awudz 
 
Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim rahimahumullah meriwayatkan hadits dari Sulaiman bin Surod radhiallahu anhu:
Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan kami sedang duduk di samping Nabi Shalallahu alaihi wasallam. Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan : Audzubillahi minasy syaithani rajiim.” Maka mereka berkata kepada yang marah tadi: Tidakkah kalian dengar apa yang disabdakan nabi? Dia menjawab: Aku ini bukan orang gila

 
2.Dengan duduk

Apabila dengan ta’awudz kemarahan belum hilang maka disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri. Al Imam Ahmad dan Abu Dawud rahimahumullah meriwayatkan hadits dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.”

Hal ini, karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.

 
3.Tidak bicara

Diam, tidak berbicara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk menghilangkan kemarahan, karena banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.
Dalam hadits disebutkan Apabila diantara kalian marah maka diamlah.Beliau ucapkan tiga kali. (HR.Ahmad)

 
4.Berwudlu
 
Sesungguhnya marah itu dari syetan. Dan syetan itu diciptakan dari api maka api itu bisa diredam dengan air, demikian juga sifat marah bisa diredam dengan berwudlu.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudlulah.” (HR. Ahmad dan yang lainnya dengan sanad hasan)

Konsep solutif yang luar biasa. Tentang rasa marah. Tidak untuk diluapkan. Tidak untuk dilampiaskan. Tetapi ditahan. Ditutup dengan rasa maaf. Dan, dikonversi menjadi rasa cinta.***

1 comment:

  1. Subhanallah, indahnya akhlak Rasulullah Saw. Moga kita semua dapat menjadikan beliau sebagai panutan dalam hidup.

    ReplyDelete